Cita dan tujuan selalu ada jauh di depan
Gairah dan hasrat membuatnya terasa dekat
Jikapun kemudian ia masih tampak gelap atau buram
Itu karena mata yang kita pakai untuk melihatnya terletak dalam hati
Apakah kau mendengar suaranya saat memohon untuk tak dikotori???
Salim A.Fillah
Tak ada yang lebih jernih dari suara hati, ketika ia menegur kita tanpa suara. Teguran yang begitu halus, begitu bening dan begitu dalam. Tak ada yang lebih jujur dari hati nurani, saat ia menyadarkan kita tanpa kata-kata. Nasehatnya begitu bening, dan kita tak kuasa menyangkal. Tak ada yang lebih tajam dari mata hati, ketika ia menghentak kita dari beragam kesalahan dan alpa. Begitu tipis, begitu mengiris. Berbahagialah orang-orang yang seluruh waktunya dipenuhi kemampuan untuk jujur pada nurani dan tulus mendengarkan suara hati.
Hati bicara tanpa kata, menjawab tanpa suara, dan sering menyengat tanpa terlihat. Tapi ia terasa. Sebab, dari sanalah banyak tindakan dan perilaku kita mengambil kiblatnya. Dari sana amal-amal dan segala proses kehidupan kita menapakkan pijakannya berupa niat dan tekad. Maka Rasulullah menggambarkan, bahwa hati adalah raja. Jika ia berdenyut baik, maka baik pula seluruh raga yang berdetak dalam iramanya. Jika ia rusak, maka rusak pula semuanya.
Setiap kita punya hati, dan didalamnya nurani kita terus bergeletar menyerukan pesan Ilahi. Permasalahnnya kemudian adalah bisa tidaknya pesan nurani itu bergerak keluar menembus dinding hati lalu terdengar bergerincing. Seringkali ia hanya berbisik. Tak jelas. Atau bahkan terbungkam. Itu karena karat-karat dosa menjerujinya, kemudian setiap suara hati hanya mampu menggetarkan jeruji-jeruji itu. Hingga seringkali kita mengira suatu bisikan sebagai suara hati, padahal itu adalah geretak jeruji dosa dan palang-palang nafsu. Nurani yang berbisik, menyakiti hawa nafsu yang mengungkungnya. Lalu hawa nafsu berteriak nyaring. Dan dialah yang kita dengar.
Yang paling aku takutkan ialah keakraban hati dengan kemungkaran dan dosa
Jika suatu kedurhakaan berulangkali dikerjakan
Maka jiwa menjadi akrab dengannya
Hingga ia tak lagi peka, mati rasa
---Hasan Az Zayyat, Rahimahullah—
Hukuman terberat atas suatu dosa, kata Ibnul Jauzi dalam Shaidul Khathir, adalah perasaan tidak berdosa. Ya, karena merasa tak berdosa adalah kain kafan yang membungkus hati ketika ia mati.
Saudaraku, kadang kita memerlukan saat-saat sepi untuk bertanya pada hati. Dalam tafakur di malam yang sunyi misalnya, mudah-mudahan bisikan hati nurani itu terdengar lebih jelas. Atau satu waktu kita mengambil jeda dari rutinitas, mengisinya dengan aktivitas ruhani. Mudah-mudahan saat itu kita bisa mengenali suara hati di antara bising-bising nafsu.
(Goresan jari jemari cerdik Salim A. Fillah dalam Jalan Cinta Para Pejuang...Nurani, Bertanya Pada Hati hal.214-218)