Senin, 16 Mei 2011

Antara Cinta dan Persahabatan

Sebuah Persembahan Dari Hati Yang Hilang Untuk Dia Yang T’lah Pergi

Terkadang,seseorang yang sangat kita inginkan tidak dapat menjadi milik kita
Namun, bukan kehidupan jika tidak ada kesakitan di tiap bahagianya, tak pernah bisa diduga orang yang kukira membawa bahagiaku, justru membawaku pada kehancuran
Tepat menyakitkan memang
Dan tak pernah kukira, penyembuhku hanya keinginan mencinta tanpa pernah berharap akan dicintai, dicintai dia yang sejak awal terpatri di hati
Dan anehnya, kuhanya bisa memandangnya, sedikit berharap dia berbalik sedetik saja memandangku,
Sangat...
Semoga...
(for someone that always in my heart, but so far to touch and I just can looking at her )

The story is begining...

Ada kalanya orang tak tau tengah di cintai oleh lawan bicaranya…
Tak tau ada cinta di depannya…
Cinta itu begitu dekat dengannya…
Berada di sampingnya…
Dan selalu di sisinya
Saat itu aku memikirkan diriku sendiri…
Begitu tau ternyata DIA mempunyai seseorang dihatinya...
Aku tak pernah bisa berhenti menyukainya…
Perih sih…tapi mo’ gimana lagi…

®®®
23 juli 2006
Tahun ajaran baru Universitas Tanjungpura Pontianak
Upacara penerimaan mahasiswa/i baru UNTAN

Itu ya ? Tanya Indra.
Itu apanya ? tanyaku heran.
Itu lho cewek yang ada di depan kita. Itu ya cewek yang akan lo nyatakan cinta kalo berhasil masuk FK.
Degh…ukh…wajahku memerah seketika. Aku enggak nyangka Indra bakal nanyain hal itu. Lagian darimana ni’ anak tau kalo ni cewek yang lagi gue suka.
Nggak usahlah ! jawabku datar.
Lho kenapa ? dulu lo semangat banget, kok sekarang loyo sich?
Kemungkinan bakal ditolak 100%. Ngapain mempermalukan diri sendiri.
100% ? Tanya indra heran.
Iya 100%. Balasku.
Aduh kasihan banget lo ya ! Cowok model lo emang enggak cocok buat dia, goda Indra.
Sialan lo, bukannya kasih semangat malah godain.
Abis, belom apa-apa lo udah pesimis.
Iya juga ya, batinku. Dalam hati aku membenarkan ucapan Indra

Aku kembali terbayang wajah Intan. Kupandangi sosoknya yang berada persis di depanku. Demi dekat sama Intan, gadis itu. Aku ikut ujian masuk FK. Saat pertama kali memandangnya 5 bulan yang lalu di peron stasiun bis, aku langsung jatuh cinta. Setelah itu kami bertemu di tempat Bimbel (Bimbingan Belajar) buat persiapan menghadapi Ujian Nasional. Saat itulah aku merasa itu semua sudah takdir, tapi
 
Tan…rencananya lo mo masuk kemana setelah lulus.
Aku sich cuman pilih UNTAN, aku pilih UNTAN karena suatu alasan….
Bagi Intan, mungkin orang yang ditakdirkan bersamanya bukanlah aku. (aduh sedih banget).

®®®
Masuk !!!!!!!!!!!! tepuk tangan bergemuruh di sekeliling lapangan basket FAKUM (Fakultas Hukum).
Siapa sich anak itu, yang dari tadi membuat triplepoint beruntun itu? Tanya salah seorang mahasiswi FAKUM.
Namanya Indra. Indra setiawan. Kalo enggak salah dia termasuk 4 besar
pemain basket terbaik nasional tahun lalu.
Wah ternyata anak sehebat dia mau masuk kampus ini ya.
Uh…kelas baru akan segera dimulai. Kita kembali ke kampus yo’ Tan. Ajakku pada Intan.
Ah…kerennya. Ujar Intan sambil terus memandang kearah lapangan basket.
Sial, dia enggak mendengarkan aku. Batinku.
Irvan, lo punya temen yang hebat ya, tanyanya.
Ya…begitulah, jawabku.
Aku juga sedang suka pada seseorang yang hebat.
Degh…tiba-tiba kurasakan jantungku berdebar tak karuan. Ada rasa sakit yang terasa di relung hatiku. Begitulah…perihnya. Aku bisa mengerti. Tapi aku melihat wajah ceria Intan setiap kali memandang Indra.

Kubuka tas ransel miniku, kuambil buku fisiologi Sherwood. Tiba-tiba ada selembar foto yang terselip di dalamnya. Fotoku bersama Intan.
“Selamat ! Lulus ujian masuk FK”, begitu tulisan yang tercantum di bawahnya.
Apa boleh buat, kita harus siap-siap, batinku.

Apa pelajaran yang disukainya ?
Olahraga, jawabku.
Makanan kesukaanya ?
Sekarang sich lagi doyan makan amplang.
Apa Indra suka makan yang manis-manis ?
Ah, dia sich apa aja suka.
Ulang tahunnya ?
15 Maret
Apa ! berarti bentar lagi dong.
Eh…iya ya.
Ulang tahunku 17 Maret lho, promosiku.
Aiiiiiiih ! ini kesempatan emas. Aku harus membuat Indra terkesan. Jerit Intan girang.
Uh…sial. Lagi-lagi dia enggak mendengarkan aku.
Van, Irvan. Aku harus kasih kado apa ya ? kira-kira Indra suka diberi kado apa ya ?
Mana aku tau, aku menjeling. Tanya aja sama orangnya. Tuh ada di belakang lo. Ujarku sambil mengarahkan jari telunjukku kearah belakang tubuh Intan.
Hai…sapa Indra. Intan seketika berbalik dan raut wajahnya berubah seketika.
Ada apa, Tan ? kok wajah lo pucat banget sich, lo sakit ya. Tanya Indra.
Ahhhhhhhhhhh………………….! Intan seketika berlari.
Kenapa tuh cewek, dia benci ama gue ya ? kok kayaknya tiap kali ketemu ama gue dia langsung kabur enggak jelas gitu ? Tanya Indra padaku.
Enggak taulah, biasa penyakitnya kambuh, kalo lo pengen tau Tanya aja sendiri.
Dasar cewek aneh ? seru Indra perlahan.

®®®

Apa yang lo lakuin sich ? meluk pohon gitu, sendiri lagi ! Ntar lo dianggap cewek aneh, tau!!! Ucapku pada Intan ketika menemuinya di taman belakang kampus tengah memeluk pohon.
Ha…habisnya …Intan kan waktu kecil sekolah dan tinggal di asrama putri. Dari dulu Intan selalu enggak siap dengan virus yang namanya laki-laki.
Laki-laki dianggap virus ya ? batinku. Aduh sedihnya...
Tapi anehnya…..
Intan bisa bicara bebas sama Irvan ya…
Degh…ukh...itu…itu, tiba-tiba kurasakan aliran darah di tubuhku melambat. Kucoba tuk hadapi rasa yang bergejolak di dalam dadaku, walaupun terasa sangat menyakitkan.
Itu…itu bukanlah cinta, batinku.
Mulai sekarang jangan takut cowok lagi ya, ujarku. Sambil membelai rambutnya yang hitam panjang kemilau diterpa sang surya.
Perasaannya padaku bukanlah cinta, batinku.
Aku harus bagaimana ? apa yang harus aku lakukan ? harus kah aku bertahan seperti ini, walau aku sangat menyayanginya ?
Kumohon……………….
Uh…….sial, batinku. Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam dadaku, yang aku sendiri tidak tau gimana harus memulai untuk menjawabnya.


Hatiku kau ambil, dalam asmara
Di saat pertama jumpa dirinya
Kulambaikan angan, melayang menginginkan dirinya
Hingga ku mengerti, bahwa aku bisa memilikinya

Aku jatuh dalam gelora cinta
Aku jatuh dalam bayang cinta
( gelora cinta )


Aku tau, aku harus lebih banyak belajar. Belajar untuk lebih bisa menghargai perasaanku sendiri. Tetapi…..apakah aku harus bertahan dengan semua ini ??

Sesaat ku coba merenung...
Sesaat itu pula bayanganmu terlintas di pikiranku...
Sesaat ku coba tuk pejamkan mata...
Sesaat itu pula kau hadir di mimpiku,,,
Setiap hari aku kesepian tanpamu...
Di saat malam yang dingin...
Aku tak bisa berfikir lagi...
Karena dirimu tak ada di sisiku kini...
Akankah kaupun merasakan hal yang sama dengan apa yang kurasakan???
( tiba-tiba senandung lagu nya ST 12- Jangan Pernah Berubah terngiang di kepalaku )

Aku mendesah panjang, segera kututup buku kecil berwarna hijau yang sudah agak lusuh, yang telah setia menemaniku selama hampir 3 tahun. Walaupun nampaknya buku itu begitu usang, tetapi aku sangat menyayangi nya. Banyak rahasia yang tersimpan di balik buku itu. Waktu di atas meja belajarku telah menunjukkan pukul 02.43 malam, kurasakan tubuhku sangat berat. Segera kurebahkan tubuhku di atas ranjang, pandanganku menerawang ke atas langit-langit kamar, samar-samar tergambar sesosok wajah yang tersenyum padaku, wajah seorang gadis yang selama ini sangat kurindu.

“Kamu sedang apa ya sekarang?desahku”, ah...yang pasti kamu udah tidur!!

Semakin aku membayangkan wajahnya, semakin jelas tergambar kerinduan yang sangat di dadaku akan kehadirannya.

“Aku harus bagaimana agar kamu mengerti??” Apa aku harus mengatakannya???hmmmmm.....aku mendesah panjang.
Tanpa terasa bening-bening kristal mengalir dari kedua mataku.

Good night,......Tan!!!

®®®
Van, malam minggu bisa temenin Intan gak?
Kemana ? tanyaku heran.
Hmm...ke Mall. Ada yang mau Intan beli. Penting banget. Bisa ya Van!!! Please...
Hmm...gimana ya. Sama Jaya aja ya. Ntar aku bilangin ama dia.
Ih...kok Irvan gitu sich. Irvan jahat. Ujarnya sambil cemberut seraya memalingkan wajah.
Iya dech...iya dech, Irvan temenin. Apa sich yang gak bisa buat nona yang manja!!!
Ih...ujarnya sambil mencubit lenganku. Lebih baik menghindar dech.

Van, menurut lo. Mana yang bagus. Yang warna merah atau yang hijau. Sambil menyodorkan sebuah sepatu sport ke arahku.
Kaya’ nya yang hijau. Lebih sporty aja, jawabku sekenanya.
Kira-kira Indra mau nerimanya apa enggak ya?
Apa..Indra.!!!Degh...ukh. lagi-lagi aliran darah di tubuhku melambat, tapi kali ini ada rasa sakit yang terasa mengoyak-ngoyak sekujur tubuhku. Terasa ada rasa sakit yang mencuat. Jadi...ini, jadi dia mengajakku ke sini buat ini.
Kupandangi wajahnya yang tampak berseri-seri. Dia tampak begitu anggun. Tapi keanggunannya pasti bukan untukku.
Van, lo kenapa. Kok diam aja. Ada yang salah ya!!!
Oh...enggak kok. Enggak ada apa-apa, jawabku terbata-bata.
Van, kira-kira Indra bakal mau nerimanya apa enggak ya? Tanya Intan padaku dalam perjalanan pulang.
Pasti. Pasti dia mau. Apalagi dari kamu. Jawabku datar.

13 Januari 2009
Ketika aku berdiri, bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu, Anganku menerawang jauh memandang ke dalam dirimu,
dan melihat bayanganmu. Ingin rasanya kukatakan, "Aku cinta kamu."
Aku hanya ingin kamu mencintai diriku di dalam dirimu.

Apakah aku akan menemukan cinta ini kepadanya?

Cerita ini hanya fiktif belaka...tidak ada hubungannya sama sekali...fiktif...diktif...!!!!

Maafkan Aku...

Aku tidak tau apa artinya semua kesedihan ini
Aku juga tak tau kenapa aku lebih suka seperti ini
Aku tak pernah tau apa sebenarnya terjadi pada diriku
Apakah semua ini hanya pelarian...
Pelarian dari apa yang tlah terjadi selama ini...
Aku juga tak tau..kumohon tolong beri aku jawaban...

Aku mencoba buat tersenyum di balik semua kesedihan dan keterpurukan yang slama ini slalu ku genggam erat di dalam jiwaku...
Aku s’lalu mencoba membuat orang lain merasa bahwa akulah orang paling bahagia di dunia ini...
Tapi.....
Sebenarnya mereka tak tau...bahwa aku manusia paling terpuruk di dunia ini...

Aku...
Aku Mencoba membohongi keadaan...mencoba untuk menipu pandangan...
Entah sampai kapan aku bisa bersandiwara..
Entah sampai kapan aku bisa bertahan
Aku juga tak tau
Kapan ini semua akan berakhir
Aku ingin segera menghilangkan rasa sakit ini
Meski dengan mengorbankan setiap waktuku....
Harus....

Manusia mungkin merasa berarti ketika menemukan dan mampu menciptakan dunia nya sendiri
Tapi aku...dunia yang aku ciptakan tak lebih daripada kesunyian...
Dunia dimana aku bisa lari sebebas-bebasnya...tanpa ada seseorang yang kan benghalangi
Dunia dimana aku bisa menciptakan imajinasiku sendiri...dan menciptakan kebahagiaan ku sendiri, walau kutau itu semua semu dan palsu
Apa kau tau semua hal tentang diriku
Seberapa jauh kau mengenal diriku...
Kau berbohong tlah mengenal aku
Kau berbohong....

Apa kau tau seberapa besar pengorbanan yang tlah aku lakukan untukmu
Apa kau paham seberapa sakit perasaan yang aku pendam di lubuk hatiku
Apa kau mengerti tentang rapuhnya diriku...
Apa kau sadar akan hancurnya hidupnya
Apa kau sadar kau t’lah mengambil semuanya dariku...
Kau tlah mengambil senyumanku...tawaku...
Ukhhhhh...
Aku tidak berharap kau mengetahui semua...
Aku paham dan aku sadar...mungkin aku diciptakan bukan untuk melakukan itu

Segala sesuatu di dunia ini ada awal, pasti juga ada akhir
Tapi aku tidak tau dimana aku harus memulai dan kapan aku harus mengakhiri ini semua...

Pertanyaan terbesar yang sangat ingin aku jawab adalah....

“Kenapa aku bisa menyukaimu?”....
“Dan kenapa aku bisa menyukaimu........?”
Kenapa................????????

Tapi pasti....di saat musim berganti....di saat angin beranjak menghampiri...keyakinanku pasti akan terbukti.....aku yakini itu

Selamat tinggal kekasihku....
Terima kasih buat semuanya....

Meski kita sama-sama terluka, tapi kuyakin engkau akan bahagia...maafkan aku yang tak penah bisa memenuhi impian dan keinginanmu...maafkan aku karena aku tak punya keberanian untuk...maafkan aku...

Aku harus menjadi seorang laki-laki yang kuat...
Chaiyoooo....

Cerpen: Afwan...Cintaku Bukan Untukmu...!!!

Hujan rintik-rintik mengingatkanku padamu, Irvan, tanpa terasa sudah satu tahun kita berpisah. Aku masih ingat ketika kita bertemu di halte bus, saat itu kita sedang berteduh sambil menunggu hujan berhenti.

“Assalamualaikum...nungguin hujan berhenti ya?” Sapamu halus.
“Huh...udah tau nanya!” gumamku dalam hati.
“Kamu masih kuliah Cindy? Semester berapa?”
Aku tertegun dan berpikir darimana kamu tau namaku. Tak lama kau pun tersenyum dan berkata.
“Pasti kamu heran dech, darimana aku tau namamu...iyakan...?” engkau tersenyum licik.
“Kok dia tau pikiranku ya?” gumamku kesal.
“Hehehe...itu mudah lagi! Tuh dibukumu itu tertera lengkap namamu CINDY PATRICIA PUTRI, ehm...nama yang indah ya...seindah orangnya”.
“Dasar buaya darat...pake liat namaku segala lagi!” kesalku dalam hati.
“Oh ya kenalin...aku irvan, IRVAN PUTRA SETIAWAN.

Kau mengulurkan tanganmu tanda perkenalan, tapi aku bersikap cuek dan berlagak angkuh.
“Hei...hello...wajib lho menyambung tali silahturahmi dalam Islam...”Sapamu menegurku.
Hati kecilku berkata “Tau apa nih Playboy tentang agama...dasar sok tau!”
Dan aku tetap tak bergeming sampai kau mengatakan sesuatu yang membuatku sangat kesal dan terpaksa buka suara.
“Hei kamu bisu dan tuli ya? Aduh kacian cantik-cantik kok bistu (bisu dan tuli) hehe...” tawamu mengejekku.
“Hei...!!! dengerin ya aku gak bisu dan tuli TAU! Lagian kalo aku bistu apa urusanmu!!” amarahku menggelegak.
“Hahahaha...ternyata...hahaha...akhirnya kau buka suara juga” tawamu pecah.
Suara tawamu itu terdengar panas ditelingaku. Aku tak tau harus tertawa atau nangis. Wajahku memerah entah karena malu atau karena marah.
“Hei hujan sudah berhenti” katamu tiba-tiba.
“Memangnya kenapa! Kamu mo’pulang? Pulang aja! Geramku.
“Aduh Ukhti yang cantik, kok judes banget sich? Ntar cepat tua lho. Ehm...sebenarnya aku mau pulang, tapi...aku mencemaskanmu???”
“Apa??? Emangnya kamu pikir aku anak kecil? Yang nggak bisa pulang sendiri???
“Bukan begitu non...aku cemasin kamu, karena kamu tuch cewek...”
“Eh..mangnya napa kalo’ aku cewek? memangnya Cuma cowo’ yang boleh pulang sendirian? Lagian siapa kamu pake ngurusin aku segala???
“Cindy...Cindy...ini kan udah malem, nggak baik donk cewek pulang sendirian...lagian tuch bus, oplet, taxi bahkan becak pun nggak lewat lagi kalo’ udah semalem gini”kamu mencoba menjelaskan.
“Lebih nggak baik lagi kalo seorang wanita pulang bersama pria yang nggak dikenalnya malem-malem gini”, aku memotong pembicaraan.
“Apa??? Kamu bilang nggak kenal aku? Kan aku sudah memperkenalkan diri. Oke sekarang aku memperkenalkan diriku padamu sekali lagi, namaku IRVAN PUTRA SETIAWAN.
Kau mengulurkan tanganmu sekali lagi. Saat itu aku ingin membalas uluran tanganmu itu, namun aku teringat kata-kata Mba’ Ayu kalo kita nggak boleh salaman ama yang bukan muhrim apalagi kalo ada sedikit getar-getar...tapi, aku pikir niatku kan cuman kenalan dan menghargai tuh orang. Akhirnya akupun membalas uluran tanganmu dengan sikap yang dingin.
“Waduh hampir saja aku kira kamu nggak bakal menyambut salam perkenalan dariku ini,yah apalah aku ini, Cuma anak kampus yang masih belum terlalu mengenal agama...nggak kaya’ akhwat yang satu ini,”
“Apa-apaan sich kok ngomongnya kaya gitu?”
Kau terkekeh dan menyambung,”Nah sekarang kamu sudah mengenalku kan?” kau tersenyum genit. Kemudian tiba-tiba saja kau berlutut dan menunduk sambil menyilangkan tangan kirimu di dada, sedang tangan kananmu seperti ingin menjangkau tanganku namun tidak menyentuh tanganku, dan berkata “Oh tuan puteri yang cantik jelita...bolehkan hamba mengantar tuan putri pulang ke rumah?”
Aku tak dapat lagi menahan tawaku, kemudian berkata,”Hahaha...kamu tuch lucu dech, memangnya kamu mau mengantarku pake apa? Jalan kaki?”
“Aduh-aduh kamu tuh kalo ketawa tambah cantik dech” kau menggodaku. Kemudian kau menunjuk sebuah sepeda motor Ninja berwarna hitam dengan paduan warna biru yang terkesan sangat menarik, yang terparkir diseberang jalan.
“Itu...sepeda yang diberi mesin dan diisi bensin itu sudah siap mengantarmu”, kau berkata seperti tukang ojek menawarkan jasanya.
“Oke...!!! jawabku semangat.
“Sebenarnya aku udah kenal kamu tuch lama lho Cin...!!!”
“Oya? Emang sejak kapan?” tanyaku penasaran.
“Kira-kira sebulan yang lalu dech, waktu itu kamu lagi ngambil fotocopian di rental di depan asrama dimana aku tinggal” jelasmu.
“Oh...jawabku singkat.
Entah mengapa saat itu aku merasa sangat senang sekali. Namun lamunanku itu dikacaukan oleh pertanyaanmu.
“Kamu kuliah di FMIPA ya? Aku sering lho liat kamu di sana”
“Iya, dulunya aku kuliyah di sana.
“Jurusan apa?”
“Kedokteran...”jawabku pelan.
“Apa? Kedokteran? Itu sich bukan FMIPA!”
“Siapa bilang? Kedokteran itu kan bagian dari FMIPA UNTAN, statusnya masih Prodi dulunya, sebelum akhirnya merdeka” Jelasku.
“Ohhh...gitu toch...”

Setelah malam itu, kau jadi sering bertandang ke rumahku. Kita semakin dekat dan menjadi sahabat. Kau sering menjemputku dari kampus, begitu juga aku.aku juga menjadi lebih sering menemanimu mengikuti “RACING”, jalan-jalan dan lain sebagainya. Rasanya hari-hariku menjadi lebih indah dan menyenangkan ketika bersamamu. Bersamamu aku tidak pernah mengenal apa itu kesedihan, aku tidak pernah merasakan beratnya memikul suatu beban masalah, karena kau selalu siap membantuku menyelesaikan segala problemku. Hanya satu yang selalu aku rasakan yaitu suatu getaran-getaran halus di dalam hatiku yang selalu aku rasakan jika jauh darimu. Aku tak tau apa yang terjadi pada diriku. Hampir setiap malam aku tidak dapat tidur,aku selalu menantikan hari-hari bersamamu. Aku akui dirimu mempunyai daya tarik yang tidak dapat aku pungkiri, ditambah lagi sikapmu yang perhatian dan pengertian, membuat aku senang bersahabat denganmu. Namun melihat sikapku yang berubah itu Mba’ Ayu menjadi takut dan mengingatkanku. “Cin..Mba’ mo’tanya, beneran antara kamu dan Irvan tidak ada apa-apa???” “Ah..Mba’ ini ada-ada aja, ya nggak ada lah mba’...kami Cuma sobatan kok”. “Alhamdulillah, syukurlah kalo’ gitu. Mba’ Cuma nggak ingin kamu kelewat deket ama dia sampai lupa ama norma-norma Islami yang udah diajarkan Rasulullah SAW dalam hadist-hadistnya, kamu kan juga tau kalo” ALLAH AWT udah memperingatkan kita untuk tidak mendekati zina, kamu masih ingat kan Cin...??? lagian kan masih ada...???” “Iya Mba’..Cindy masih ingat kok.makasih ya Mba’ udah ngingetin Cindy.” “Sama-sama sayang...” kata Mba’ Ayu sambil menutup pintu kamarku. Yah walaupun saat itu ada sedikit ketidakjujuran dalam hatiku, yang membuatku merasa sangat bersalah ama Mba’Ayu. 


Suatu pagi, ketika aku hendak pergi ke kampus, tiba-tiba bel berbunyi.
“Assalamualaikum...selamat pagi nona...” seseorang membawa sebuah karangan bunga yang besar hingga menutupi wajahnya.
“Maaf Anda...???”
“Ta...ra...Surprise...”
Aku terperanjat melihat pria yang ada didepanku. Orang itu adalah Ilham Sami Zahrani, tunanganku. Aku tidak tau, aku harus menangis atau tertawa. Aku tidak menyangka ia akan kembali dari Mesir secepat ini.
“Ilham...kau...”kataku terbata-bata.
“Yup...kau pasti terkejut dengan kedatanganku kan. Aku sengaja tidak memberitahumu, karena aku ingin memberi kejutan.” Ilham berbicara panjang lebar. Tapi entah mengapa hatiku merasa gelisah dengan kedatangannya.
“Hei...kamu kenapa Cin...???” Mukamu pucat sekali,kamu sakit???”
“Ah...tidak” setengan terkejut aku menjawab.
Hampir setiap hari Ilham bertandang ke rumahku, hingga tanpa terasa hari-hariku berlalu tanpamu Irvan. Hingga suatu hari.
“Mba’...Mba’..Cindy...” teriak Ibnu adikku.
“Ya...” sahutku dari kamar yang jaraknya kira-kira 6 meter dari meja telepon. “ Ada apa?”tanyaku.
“Ada telepon dari Mas Irvan” jawab Ibnu.
Degh jantungku tiba-tiba berdetak dengan kencang, “Irvan...???” tanyaku dalam hati.
“Ha..halo...Irvan...”
“Halo...Cindy,pa kabar? Satu minggu ini kamu sibuk banget ya, sampe lupa ama pacar lama...hehehehe....Sibuk apa sich Bu Dokter???” Suaramu yang tidak asing lagi itu menggodaku. “Cin...besok malam kamu ada waktu nggak?”
“Besok? Em..er..ada...”jawabku ragu.
“Sip...besok malem aku jemput jam 7.30 ya, Ok?”
“Ya...tapi???”belum selesai aku bicara kau sudah menutup teleponnya.

Malam itu aku sudah bersiap dari pukul 6 malam. Entah mengapa hari itu aku merasa semangat sekali, aku berusaha tampil beda, lebih feminim, lebih anggun dan lebih cantik tentunya.
Tiba-tiba Mba’ Ayu masuk ke kamar dan berkata.”Subhanallah...cantik banget adikku ini, mau kemana sich?”
“Ada janji Mba’ sama Irvan?”
“Oh...gitu,Ilham udah kamu kasih tau Cin...?” tanya Mba’Ayu mengingatkanku.
“Oh ya belum Mba’, Mba’ aja yang telepon dia ntar...Cindy buru-buru nih Mba’...”pintaku pada kakak kesayanganku ini, sekaligus idolaku itu.
“Iya dech ntar Mba’ sampein, Cin...kerudungnya di ulur ke dada dong, jangan nunjukkin apa yang seharusnya nggak boleh ditunjukkin dong...”nasehat Mba’ Ayu.
“Oh iya...mbak’...afwan, Cindy khilaf Mba’ hehe...” candaku.
Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Aku tau kalo’yang datang itu pasti kamu. Dengan segera aku membuka pintu.

“Assalamualaikum...selamat malam tuan puteri” kau berlagak seperti seorang pangeran yang sedang merayu seorang puteri. “Wow..kamu cantik banget malem ini”.
“memangnya hari-hari lain aku nggak keliatan cantik?”
“Bukan begitu...tapi malam ini kamu keliatan sangat berbeda. Ayo kita pergi sekarang”ajakmu.
Tiba-tiba Mba’ Ayu muncul dari belakangku.”hati-hati ya awas lho jangan pulang malem-malem dan jangan biarkan syaithan memiliki kesempatan untuk menggoda ya...” nasehat Mba’ Ayu..
“Iya Mba’ Insya Allah...” katamu so’alim.
“Mba’ kami pergi dulu ya...Assalamualaikum” kataku kepada Mba’ Ayu.
“Wa’alaikumsalam...” sahut Mba’ Ayu.
Akhirnya kita sampai di sebuah restaurant. Ternyata kau sudah menyiapkan sebuah ruangan yang bersuasana amat tenang dan indah.
“Wow...tempat ini benar-benar indah”pujiku.
“Ya...tempat ini sengaja kupesan hanya untuk menjamumu.”
“Oh ya? Tapi...Untuk apa?” akhirnya aku mengungkapkan rasa penasaranku.
“Untuk mengungkapkan rasa cintaku”. Kau berkata sambil mendekatiku. Saat itu jantungku berdegup sangat kencang, dan ada suatu rasa yang tak bisa kumengerti. Tiba-tiba kau berlutut di hadapanku, menunduk sambil memegangi tanganku dan berkata, “Cindy...sesungguhnya aku ingin mengatakan kalo’ aku sayang dan cinta banget ama kamu, dan aku sungguh-sungguh Cin, aku gak bisa hidup tanpamu???”
Entah mengapa tiba-tiba saja aku menggerakkan tanganku menampar wajahmu dan berkata, “Kurang ajar!!! Gak tau malu!!!” dengan mata nanar aku melanjutkan kata-kataku, “Berani sekali kau berkata seperti itu dan tidak sopan memegangi tanganku. Tahukah kau, sekarang aku sudah punya tunangan jadi tak mungkin aku menerima cintamu...ngerti???!!!”

Kemudian aku bergegas berlari meninggalkan tempat itu. Dan kau hanya bisa terpaku seperti patung yang tak bisa berbuat apa-apa. Sementara itu aku terus berlari dan berlari, kata-katamu selalu terngiang di telingaku. Aku menyesal telah meninggalkanmu, aku menyesal telah berkata kasar padamu dan aku menyesal telah menolak cintamu.
Saat itu di dalam benakku juga tersirat rasa kecewa yang dalam, mengapa engkau yang selama ini kukenal sangat sopan dan tidak pernah berani menyentuhku, kini menjadi sangat berani. Aku merasa kesal sekali, aku sama sekali tidak suka akan sikapmu itu, namun aku tidak tau kenapa. Saat itu aku berpikir, bahwa dekat denganmu adalah suatu kesalahan terbesar, aku telah berkhianat pada Ilham, aku tidak jujur pada Mba’ Ayu dan aku telah mengesampingkan norma-norma Islami yang seharusnya lebih ku utamakan. Saat itu aku membanding-bandingkan kau dengan ilham. Selama ini Ilhan sangat sopan dan tidak pernah menyentuhku, bahkan jika ia bertandang ke rumahku dia hanya ngobrol dengan orangtuaku dan adik kecilku Ibnu saja. Bahkan Mba’ Ayu pernah sampai bilang, “Jika seseorang benar-benar sayang sama kita, maka dia pasti nggak ingin dong orang yang disayanginya itu berdosa dan dimurkai Allah” ketika aku mengeluh akan sikap Ilham. Mungkin karena itulah aku tidak suka akan perlakukanmu malam ini.
Malam ini aku tidak bisa memejamkan mata. Aku terus memikirkanmu dan aku juga dapat merasakan kepedihanmu. Aku terus terjaga hingga pagi datang. Aku sadar bahwa aku telah menipu diriku sendiri, berkata bahwa aku tidak mencintaimu, walaupun sebenarnya aku juga telah jatuh hati padamu, tapi aku tetap berbohong pada diriku sendiri. Aku tak ingin orang lain tau termasuk kau dan Ilham.

Tiba-tiba saja telepon berdering. Aku mengira mungkin itu kau. Tapi ternyata yang menelepon adalah Aurel teman baikku.
“Cin...Irvan...Irvan...Cin...di...dia....” Aurel berkata dengan terbata-bata.
“Ada apa Rel??? Ada apa dengan Irvan??? Tiba-tiba hatiku menjadi sangat cemas.
“Lebih baik kau kemari Cin,,,Aku ada di IGD RS Soedarso, OK...???”
“Baik” aku segera mengambil langkah seribu untuk pergi kesana.

Setiba aku disana Aurel menyambutku dengan wajah yang menyayat hati.
“Rel...ada apa??? Irvan nggak apa-apakan?” aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa tidak terjadi apa-apa.
“Cin...tadi malam...Irvan mengalami kecelakaan,ketika mengikuti Racing dan dia...” Aurel berhenti bicara, dan menangis tersedu-sedu.
“Rel...Irvan gak apa-apa kan???” aku mengguncang-guncang tubuh Aurel.
“Cin...tenangkan dirimu ya. Irvan sudah tidak ada lagi di dunia ini. Irvan sudah meninggal tadi pagi”.
Bagaikan petir menyambar tubuhku, ketika aku mendengat kata-kata Aurel. Kaki dan tubuhku menjadi lemas, aku terduduk dan tanpa terasa air mataku mengalir dari sela-sela mataku.
“Nggak...nggak mungkin...itu nggak mungkin terjadi” aku berusaha menyangkal kenyataan. Kemudian aku berteriak, “Irvan...nggak mungkin dia meninggal secepat itu...nggak mungkin...”. aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

Kemudian aku berusaha berdiri untuk melihat Irvan untuk yang terakhir kali. Namun ternyata aku tak mampu, ketika aku melihat tubuhmu yang terbujur kaku. Tiba-tiba saja pandanganku gelap gulita, dan ternyata aku tak sadarkan diri.
Ketika aku sadar, aku sudah berada disisi Mba’ Ayu, kemudian aku memeluknya dan menangis di hadapannya. Mba’ Ayu berusaha menenanganku, namun dalam pikiranku hanya ada suatu penyesalan karena aku telah menyakitimu hingga jadi seperti ini, walaupun aku tau ini adalah takdir yang sudah ditentukan namun tetap saja aku merasa bersalah.


Sejak saat itu aku merasa menyesal karena tidak jujur padamu dan pada diriku sendiri, dan karena aku telah menyakitimu. Akan tetapi semuanya telah terlambat, itu tak akan pernah kembali lagi. Yang sangat kusesalkan lagi adalah mengapa semuanya harus terjadi, andaikan aku tak mengenalmu dan tak berteman dekat denganmu mungkin semua ini takkan pernah terjadi. Namun dibalik semua itu, aku mengambil hikmah bahwa saat itu aku telah salah langkah, mengikuti jalan syaithan dan meninggalkan jalan Allah SWT, yang jelas-jelas telah memperingatkan semua umat-Nya. Tak ada gunanya pacaran, hanya menyenangkan di awal namun tetap saja berakhir kepedihan.
Sejak saat itu pula aku mendekatkan diriku kepada Allah, Mba’ Ayu pun sangat senang sekali dia juga ikut membimbingku menuju jalan-Nya. Dan Ilham, aku memutuskan untuk menerima lamarannya yang kedua kalinya bulan lalu, besok Insya Allah kami akan menikah Irvan, dan untukmu aku hanya bisa berdoa agar kau diterima disisi-Nya dan diberikan tempat disisi-Nya.


Beberapa saat sebelumnya....Kondisi Irvan.
Aku terdiam. Membisu dan terpaku. Masih kupandangi tempat di mana sebelumnya kau duduk, Cindy. Sebelum akhirnya kau pergi meninggalkanku. Kuambil sepasang cincin dari saku celanaku. Kubuka dan kupandangi.
“Ahh...seandainya kau mau memakainya....”
“Kenapa kau tidak mengatakan sebenarnya kepadaku, Cindy...???” apa kau pikir aku akan marah setelah mengetahuinya....tidak, aku tidak akan pernah bisa marah padamu...karena aku sangat menyayangimu...seandainya kau mengatakannya lebih awal...mungkin tidak akan terjadi seperti ini. Tanpa terasa bening-bening kristal mengalir dari kedua mataku.
Tiba-tiba saja hujan turun dengan perlahan menerpa tubuhku. “Apa kau juga mengerti akan kesedihanku hujan. Apa kau juga ingin memadamkan api kegundahan di dalam hatiku??? Terima kasih atas semua usahamu.
“Langit juga menangis, mungkin menangisi kebodohanku.
Tiba-tiba Hape ku berbunyi...Satya, temanku menelepon.
“Van, lo dimana???” Jadi kan malam ini!!!” di tempat biasa ya.
“iya...jadi,tunggu aku di sana ya. Bilang sama yang lain,untuk siap-siap!!!”
“OK..!!!” sampai ketemu di lintasan.
Kupacu sepeda motorku dengan kecepatan tinggi. Jalanan licin setelah diguyur hujan tidak menciutkan nyaliku. Entah mengapa hanya bayangmu yang selalu tergambar di benakku. Mengganggu pandanganku. Semakin kupacu kendaraanku dengan kecepatan tinggi untuk menghapus wajahmu dari pandanganku, tapi aku tak bisa. Senyummu, gerak-gerikmu semua mengingatkanku padamu. Jalanan seakan menjadi milikku dan bayangmu. Diantara deru suara mesin yang menggebu-gebu, aku berteriak dengan sekencang-kencangnya menyebut namamu.
“Ciiiiiiinnnnnnnnnnnnddddddddddyyyyyyyyyyyy........Aaaaakkkkkkkkkkkhhhhhh..!!!”
Tiba-tiba ada sebuah mobil kontainer yang berlawanan arah menghampiriku. Jaraknya yang sudah sedemikian dekat membuatku terkejut. Mungkin aku tidak mendengar peringatan yang dia berikan karena semua panca inderaku bahkan denyutan jantungku dan nafasku hanya terfokus pada satu nama.
“Bruuuuakkkk...Druuuuakkkk....Cccrrriiiiitttt...!!!! Suara benturan yang sangat keras menyadarkanku. Tapi semua terlambat. Aku terbanting menghantam jalanan, berguling-guling di atas aspal sebelum akhirnya berhenti menghantam pembatas jalan. Helm yang kukenakan hancur berantakan, kepalaku membentur dengan sangat keras. Darah mengucur dengan deras dari beberapa bagian tubuhku termasuk dari keningku.
Kurasakan sekujur tubuhku terasa sangat sakit sekali. Aku mendengar langkah-langkah kaki mendekatiku, begitu banyak langkah kaki itu. Aku ingin menggerakkan kakiku,tapi aku tak bisa, aku ingin menggerakkan tanganku, tapi juga tak bisa. Aku ingin bersuara, tapi kerongkonganku terasa tercekat, suaraku menghilang di telan oleh rasa sakitku.

Sesak...aku merasa sesak....napasku tersengal-sengal.
Tiba-tiba pandanganku menjadi kabur....pelan-pelan bayangan hitam menutupi seluruh lapang pandangku. Sebelum aku merasa bahwa pandanganku menghilang, tiba-tiba muncul wajahmu. Engkau tersenyum padaku, memanggil namaku.
Dengan sisa kekuatanku...dengan lirih kusebut namamu...!!! Cindy...Maafkan aku...!!!
Aku tidak tau lagi apa yang terjadi padaku setelah itu. Aku hanya merasakan tubuhku menjadi sangat ringan sekali. Sungguh...!!!.

Doaku Hari Ini

AL HAMDULILLAAHI ALLAAHUMMA KAMAA AHSANTA KHOLQII
WAHASSIN KHULUQ

“Segala puji bagi Allah ya Tuhanku sebagaimana Engkau telah
memperindah rupaku, maka baguskanlah budi pekertiku"

 

Sabtu, 12 Februari 2011

Memetakan Kehidupan








Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (HR Bukhari).

 
Rasulullah saw bersabda: Yang paling cerdas...yang paling pintar...yang paling mulia di antara umatku adalah siapa diantara mereka yang paling banyak ingat mati dan mempersiapkan hidup setelah mati.


Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (QS Al Anbiya (21): 35).

Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya) (QS Yunus (10): 49).

Wahai Saudaraku...

Apa yang akan kita lakukan????
Lalu, bagaimana dengan perjuangan kita dalam menegakkan agama Allah??? Lalu, apa usaha yang telah kita lakukan untuk mensyiarkan kalimat Alah di Bumi-Nya ini???
Apa bekal yang telah ada pada kita cukup membuat kita merasa mampu dan layak  untuk menghadap Allah seandainya “Kalimat Terindah” yang ditujukan kepada kita itu disampaikan oleh utusannya Sang Malaikat Maut???

Rabu, 09 Februari 2011

Nasehat Untuk Para Lelaki yang Ntar Bakalan Jadi Seorang Suami

“Jika engkau menikahi seorang wanita maka jadilah engkau laksana seorang ayah, ibu, atau saudara baginya. Karena seorang wanita yang telah meninggalkan ayahnya, ibunya, serta saudaranya dan kemudian ikut denganmu maka sudah menjadi haknya untuk melihat pada dirimu kebaikan seorang ayah, kasih sayang seorang ibu dan kemurahan hati seorang saudara. Jika engkau menjalankan nasehat ini, niscaya engkau akan menjadi suami terbaik yang sukses.

Marilah kita sambut calon istri kita kelak dengan cara terindah yang belum pernah ada. Kenapa harus didengungkan kata-kata cinta sebelum waktunya. Jadilah seorang lelaki yang mempunyai harga diri dan bertanggung jawab. Yang terbaik hanya pantas diberikan kepada yang terbaik saja. Tidak selayaknya kita memberikan kepada wanita yang bukan hak kita. Katakanlah dengan tegas kepada mereka. Ucapkanlah dengan lantang dihadapan mereka. Aku tidak akan mengatakan kata sayang padamu sekarang. Aku juga tidak akan pernah mengungkapkan kata cinta padamu saat ini. Bila telah tiba masanya, aku hanya ingin mengatakan...Maukah kau menikah denganku dan mengandung anak-anakku wahai bidadariku!!!


Mencintai ataukah Dicintai


Disaat cinta menyapa, engkau takkan mampu menghadangnya…
Namun engkau dapat mengarahkannya…
Letakkan ia pada posisi dan marhalahnya (tempatnya)…
Maka engkau akan menemukan makna cinta yang sesungguhnya…
Bersabarlah….
(*** *******)

Dengan berbekal ingatan yang aku dapat ketika tengah membaca beberapa buah buku
Kemudian mengutip tulisan-tilisan luar biasa dari Ust. Anis Mattta, aku tuang semuanya dalam sebuah note ini. Waktu telah menunjukkan sepertiga malam awal, tapi belum juga membuatku terlelap. Bahkan aku masih terjaga, asyik berkutat dengan penelitian yang sungguh bahannya sangat minim sekali. Deadline yang mepet, persiapan yang serba kepepet ditambah lagi pikiranku yang ribet semakin membuat gundah hati ini.

Tetapi sebenarnya ada masalah lain yang membuat pikiranku kacau…lebih tepatnya gelisah. Semoga dengan menuangkan note ini bisa membuatku lebih merasa tenang, sedikit menurunkan ambang gelisahku di tingkat yang serendah-rendahnya….
Amin…

Ketika harus dihadapkan pada dua pilihan apakah mencintai ataukah dicintai. Saya lebih memilih mencintai. Karena mencintai adalah pekerjaan jiwa yang identik dengan memberi dan takkan bisa memberi orang yang tidak mempunyainya. Mencintai tidaklah harus memiliki karena memiliki bukanlah tujuan dari mencintai, ia hanyalah dampak atau hadiah dari ketulusan dari yang memberi.
Mencintai sangat bisa diupayakan, karena ia hadir dari dalam diri. Tapi dicintai itu adalah kemungkinan, ia hadir dari luar dan mungkin datang bila diperlukan atau mungkin ia tak akan pernah datang sama sekali. Berharap untuk dicintai itu sah-sah saja, manusiawi. Namun kau harus siap karena bila tak sesuai harapan bisa timbul rasa kecewa.

 

Mencintai erat kaitannya dengan memberi. Ust.Anis matta mengatakan bahwa dalam suatu proses makna memberi, posisi orang yang memberi adalah sangat kuat. Kita tak perlu merasa kecewa ataupun terhina dengan penolakan, atau lemah atau bahkan melankolis saat kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah pekerjaan jiwa yang besar dan agung yaitu mencintai.
Karena mencintai adalah keputusan. Yang menjadi masalah adalah...Siapa yang berhak untuk dicintai.

Timbul suatu pertanyaan konyol dari dalam diriku....Apakah mencintai lebih mulia daripada dicintai...ataukah kita pilih mencintai karena dicintai akan hadir ketika kita mencintai terlebih dahulu. Atau mungkin kita pilih kedua-duanya karena mencintai adalah sebuah keindahan sedang dicintai adalah sebuah kebahagiaan, sehingga kedua-duanya terasa sangat indah. Tapi mungkin itulah rahasia kehidupan. Semuanya dimulai dari cinta yang kita beri.


Aku mencintai orang-orang yang sholeh,
Meskipun aku belum termasuk golongan mereka
Aku membenci orang orang yang durhaka
meskipun mungkin aku termasuk golongan mereka
(Imam Syafii)