Rabu, 09 Februari 2011

Mencintai ataukah Dicintai


Disaat cinta menyapa, engkau takkan mampu menghadangnya…
Namun engkau dapat mengarahkannya…
Letakkan ia pada posisi dan marhalahnya (tempatnya)…
Maka engkau akan menemukan makna cinta yang sesungguhnya…
Bersabarlah….
(*** *******)

Dengan berbekal ingatan yang aku dapat ketika tengah membaca beberapa buah buku
Kemudian mengutip tulisan-tilisan luar biasa dari Ust. Anis Mattta, aku tuang semuanya dalam sebuah note ini. Waktu telah menunjukkan sepertiga malam awal, tapi belum juga membuatku terlelap. Bahkan aku masih terjaga, asyik berkutat dengan penelitian yang sungguh bahannya sangat minim sekali. Deadline yang mepet, persiapan yang serba kepepet ditambah lagi pikiranku yang ribet semakin membuat gundah hati ini.

Tetapi sebenarnya ada masalah lain yang membuat pikiranku kacau…lebih tepatnya gelisah. Semoga dengan menuangkan note ini bisa membuatku lebih merasa tenang, sedikit menurunkan ambang gelisahku di tingkat yang serendah-rendahnya….
Amin…

Ketika harus dihadapkan pada dua pilihan apakah mencintai ataukah dicintai. Saya lebih memilih mencintai. Karena mencintai adalah pekerjaan jiwa yang identik dengan memberi dan takkan bisa memberi orang yang tidak mempunyainya. Mencintai tidaklah harus memiliki karena memiliki bukanlah tujuan dari mencintai, ia hanyalah dampak atau hadiah dari ketulusan dari yang memberi.
Mencintai sangat bisa diupayakan, karena ia hadir dari dalam diri. Tapi dicintai itu adalah kemungkinan, ia hadir dari luar dan mungkin datang bila diperlukan atau mungkin ia tak akan pernah datang sama sekali. Berharap untuk dicintai itu sah-sah saja, manusiawi. Namun kau harus siap karena bila tak sesuai harapan bisa timbul rasa kecewa.

 

Mencintai erat kaitannya dengan memberi. Ust.Anis matta mengatakan bahwa dalam suatu proses makna memberi, posisi orang yang memberi adalah sangat kuat. Kita tak perlu merasa kecewa ataupun terhina dengan penolakan, atau lemah atau bahkan melankolis saat kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah pekerjaan jiwa yang besar dan agung yaitu mencintai.
Karena mencintai adalah keputusan. Yang menjadi masalah adalah...Siapa yang berhak untuk dicintai.

Timbul suatu pertanyaan konyol dari dalam diriku....Apakah mencintai lebih mulia daripada dicintai...ataukah kita pilih mencintai karena dicintai akan hadir ketika kita mencintai terlebih dahulu. Atau mungkin kita pilih kedua-duanya karena mencintai adalah sebuah keindahan sedang dicintai adalah sebuah kebahagiaan, sehingga kedua-duanya terasa sangat indah. Tapi mungkin itulah rahasia kehidupan. Semuanya dimulai dari cinta yang kita beri.


Aku mencintai orang-orang yang sholeh,
Meskipun aku belum termasuk golongan mereka
Aku membenci orang orang yang durhaka
meskipun mungkin aku termasuk golongan mereka
(Imam Syafii)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar